Archive for 11/05/13

Tuesday, November 5, 2013
Posted by Unknown

Mozart Effect-Adakah Pengaruhnya?
_____________________________

Mitos mengenai efek Mozart diawali pada tahun 1990-an. Pernyataan aslinya mengatakan, anak2 sejak bayi jika sering mendengar sonata Mozart akan mendapatkan IQ yang lebih baik (diatas rata-rata) .

Uji kebenaran mitos ini banyak dilakukan, baik melalui spatial-temporal tests dan mendengarkan Mozart sonata pada anak2 kecil. Juga pada ibu2 hamil dilakukan tes yang sama. Hasil tes ternyata menemukan, ada konsepsi yang salah bahwa musik Mozart membuat anak menjadi lebih tinggi IQ nya. Bahkan secara lebih global, ternyata mendengarkan musik klasik apapun tidak berpengaruh pada kepintaran ataupun IQ anak2. Yang berpengaruh besar adalah belajar memainkan instrumen/alat musik.
Posted by Unknown

KEMATIAN MOZART- PENGHORMATAN TANPA KELUARGA
______________________________________________
Kematian Wolfgang A. Mozart memang menyedihkan. Hutang dan penyakit akibat hedonismenya membawa malu bagi keluarga, sehingga dia dikubur secara diam-diam dan nisannya tidak ditulisi apapun. 

Tetapi berita kematiannya ternyata sangat membawa kejutan bagi masyarakat saat itu. Banyak orang yang datang ke rumahnya yang ditinggalkan, dan koran lokal saat itu di Wina, Weiner Zeitung menerima banyak sekali obituari/ucapan belasungkawa. The Prague Orchestra menyuguhkan karya2 Mozart dalam peringatan kematiannya di suatu gereja di Praha. 3000 orang hadir dalam gereja itu, dan 2000 orang mendengarkan diluar gereja. Bahkan negara lain mengagumi sang maestro, memperingati kematiannya.

Komponis besar dengan pengaruh besar, tapi ditinggalkan keluarga begitu saja setelah meninggal.

Salam MKI!

Sergei Bortkiewicz

Posted by Unknown

Sergei Bortkiewicz


Mungkin banyak dari saudara yang tidak mengenal sosok Bortkiewicz. Memang, tidak begitu banyak orang yang membicarakan dan memainkan karya-karyanya. Namun hal itu bukan berarti ia seseorang yang abal-abal 





Lahir di Kharkiv (sekarang dikenal sebagai Ukraina) pada tanggal 28 Februari 1877, Bortkiewicz adalah anak dari seorang bangsawan Polandia. Ketika Bortkiewicz beranjak dewasa, seorang komponis ternama bernama Anatoly Lyadov memberikan edukasi musik di Imperial Conservatory of Music di Saint Petersburg.

Ia kemudian meninggalkan Saint Petersburg dan pindah ke Leipzig dan menjadi murid dari Alfred Reisenauer dan Salomon Jadassohn, yang keduanya adalah mantan murid Franz Liszt. Bortkiewicz menyelesaikan edukasi musiknya pada tahun 1902, dan pada saat kelulusan Leipzig Conservatory menghadiahkannya "Schumann Prize". Lalu sekembalinya ia ke Rusia, ia menikah dengan Elisabeth Geraklitowa, dan mereka pun pergi ke Berlin untuk menetap.

Bortkiewicz pernah mengajar selama satu tahun di Klindworth-Scharwenka Conservatory. disana ia pun berteman dengan seorang pianist Belanda bernama Hugo van Dalen, seorang tokoh yang sangat penting di kehidupannya, dari saat itu hingga akhir hidupnya. Van Dalen mempopulerkan Piano Concerto pertama Bortkiewicz pada tahun 1913.

Kehidupan Bortkiewicz setelah itu dipenuhi dengan kesengsaraan dan kesedihan. Akibat Perang Dunia I yang terjadi pada tahun 1914, Bortkiewicz yang berkebangsaan Rusia harus meninggalkan Jerman. Ia pun harus menyaksikan ibunya dan kakak iparnya sekarat karena penyakit typhus yang menyerang akibat kekacauan yang terjadi saat jatuhnya Kharkov ke tangan Red Army. Pada tahun 1919, ia pun lari dengan istrinya ke Constatinople, tanpa uang sepeserpun.

Di Constantinople, Bortkiewicz mulai mengajar dan mengadakan konser lagi dengan bantuan Ilen Ilegey, seorang pianist. Ia pun berteman dengan istri dari ambasador Yugoslavia, Natalie Chaponitsch. Natalie pun membantu Bortkiewicz mengadakan sejumlah musical gathering di dalam kedutaan Yugoslavia, dan dengan bantuannya dan suaminya, Bortkiewicz mendapatkan visa Yugoslavia. Ia dan istrinya pergi ke Sofia, dan lalu pindah ke Austria.

Pada tahun 1928, Bortkiewicz ke Paris selama enam bulan dan kembali ke Berlin setelah itu. 5 tahun setelah itu, ia terpaksa harus meninggalkan Jerman lagi karena para Nazi juga memburunya karena ia orang Rusia. Bortkiewicz pun kembali ke Vienna, dan menetap selamanya di Blechturmgasse 1 door 5 pada tahun 1935. Ia mengalami krisis finansial dan ia terpaksa harus meminta bantuan kepada Van Dalen, dimana Van Dalen selalu memberikannya secara gratis.

Masa-masanya di Perang Dunia II (1939-1945) juga merupakan masa-masa yang sangat berat bagi Bortkiewicz dan istrinya. Dalam masa itu ia banyak menggubah karya-karyanya seperti Piano Sonata No. 2 Op. 60, yang dimana Hugo Van Dalen juga mempopulerkan karya tersebut pada 9 Februari 1944 di Amsterdam.
Bortkiewicz mendeskripsikan bagaimana ia hidup saat masa tersebut dalam sebuah surat kepada temannya, Hans Ankwicz-Kleehoven, yang berisi sebagai berikut:
"I'm writing to you from my bathroom where we crawled in because it is small and can be warmed on and off with a gas light. The other rooms cannot be used and I cannot touch my piano. This is now! What awaits us further? Life is becoming more and more unpleasant, merciless. I teach at the Conservatory with the heat at 4 degrees, soon even less!"

Perang Dunia II juga menghancurkan hidupnya, dimana banyak dari cetakan karya-karyanya - yang diterbitkan oleh penerbit Jerman, Rahter&Litolff - hancur akibat pemboman kota-kota di Jerman. Ia kehilangan pendapatan yang ia dapat dari penjualan karya-karyanya.

Pada akhir Perang Dunia II, Bortkiewicz ditunjuk menjadi direktur master class di Vienna City Conservatory. Ia pun menggubah 6 Prelude Op. 66 yang ia dedikasikan kepada pianist Belanda, Helene Mulholland - seorang yang membantu Bortkiewicz saat perang dengan mengirimkan makanan dan pakaian saat Bortkiewicz memerlukannya. Sampai sekarang, baru ditemukan no. 1 dan 3 dari Prelude yang ia gubah itu.

Pada tahun 1947, Bortkiewicz Society berdiri atas anjuran Hans Ankwicz-Kleehoven. Setiap hari senin pertama pada bulan November sampai Mei, teman-teman dan anggota dari Society berkumpul di Kunstlerhaus untuk mendengarkan karya-karya Bortkiewicz, dimana semua karya tersebut dimainkan langsung oleh Bortkiewicz sendiri. Pada 29 Februari 1952, Bortkiewicz Society dan Ravag Orchestra merayakan ulang tahun Bortkiewicz yang ke-75 dengan mengadakan sebuah konser megah, yang merupakan konser terakhir yang Bortkiewicz pernah ikuti.
Bortkiewicz sangat senang dan akhirnya menulis surat kepada Van Dalen pada 18 Maret 1952:
"Finally I had the opportunity to show, in a large hall with a large orchestra and soloists, what I can do. Not only the critics, but others who know me, were surprised and amazed. [...] I can always feel happy to have found so much recognition at the age of 75 years, which really comes in most cases after death to someone who really earned it."

Bortkiewicz menderita penyakit lambung, dan ia pun menjalani operasi pada Oktober 1952. Namun ia tidak pernah bangun kembali dan meninggal pada tanggal 25 Oktober 1952. Istrinya meninggal delapan tahun setelah itu, tanpa seorang anak. Bortkiewicz dan istrinya dikubur di Zentralfriedhof, Vienna.

Bortkiewicz tidak pernah menganggap dirinya seorang modernist dan tidak pernah mengikuti tren musik mulai berpindah menjadi lebih modern. Hal ini sangat bisa dibuktikan dari karya-karyanya. Gayanya menggubah lagu sangatlah terinspirasikan oleh Liszt, Chopin, Tchaikovsky, Rachmaninoff, Scriabin, Wagner dan tradisi Rusia. Karya-karyanya sangat indah, penuh lirik dan nostalgia.

Jika tanpa Hugo van Dalen dan teman-teman terdekatnya, kita tidak akan pernah bisa menikmati karya Bortkiewicz dan mengetahui bagaimana kisah hidupnya. Saat Van Dalen meninggal dunia, ia mewariskan manuskrip dari beberapa karya Bortkiewicz dan autobiografi tertulisnya. Saat ini Netherlands Music Institute memiliki satu-satunya manuskrip dari Piano Sonata No. 2 Op. 60 dan No. 1 dan 3 dari Preludes Op. 66 gubahannya.

UJI COBA ISENG BEETHOVEN
________________________

Tahun 1782, saat berusia 12 tahun, Beethoven sudah mempublikasikan karyanya, 9 Variations in C Minor for piano, Earnst Christoph Dressler (WoO 63). Nama Beethoven mulai dikenal orang.

Tahun 1785 dia pernah diminta mengiringi lagu paduan suara di Gereja. lagu "The Lamentations of Iremiah" sesuai nada dasar dalam partitur. Saat itu adalah Minggu Agung 1785. Dia kemudian meminta perubahan nada dasar, dan anggota paduan suara setuju. Dasar anak muda dengan virtuoso yang hebat, Beethoven mengiringi paduan suara itu dengan bass line pada tangan kiri, sementara tangan kanannya bermain dengan improvisasi yang rumit dan virtuoso. Paduan suara menjadi kacau dan kehilangan keynote dibagian akhir. Mereka marah, dan protes kepada sang Elector untuk tidak memakai dia lagi. Sebaliknya orang2 tertegun dengan kehebatan Beethoven. 

Walau sejak itu dia tidak diperbolehkan memainkan musik di gereja, tetapi satu pesan moral dari kisah ini: Musisi apapun harus menemukan jati dirinya, jangan takut mencoba, heheheeeee.

Salam MKI!
Welcome to My Blog
WELCOME TO MY BLOG ~ 私のブログへようこそ ~ 欢迎到我的博客 ~ Benvenuto nel mio blog ~ مرحبا بكم في مدونتي ~ Καλώς ήρθατε στο blog μου

Lihat Dulu Jam Berapa!!

Popular Post

Blogger templates

1.Meminta Izin Ketika Mencopas Texs atau Lainnya lewat Komentar
2.Tidak Boleh Melontarkan kata-kata yang tidak Berunsur Positif
3.Tidak Boleh Menghina Agama,Suku,Negara,atau lainnya kepada orang lain
4.Tidak Boleh Berkomentar kata-kata yang berunsur Porno Grafi.


=Sekian Terima Kasih=

Salam Musik



By : Enrico.Turalaki
Selamat Datang Diblog "Bagaimana Cara Bermain Piano" oleh Enrico Turalaki. Jika Mau Pasang Lagu Klik Saja Navbar yang diatas

DIBACA!!

Gadget disamping adalah gadget
yang penting,Gadget yang bermanfaat
bagi ilmu piano, mohon/Tolong
Dibaca karena itu sangat bermotifasi
dan sangat menambahkan ilmu untuk
kalian

Pageviews My Blog

Powered by Blogger.

Language translators

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Search This Blog

- Copyright © Bagaimana Cara Bermain Piano -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -