Archive for November 2013

Mempunyai Ilmu Musik Dalam Setiap Tempat

Thursday, November 7, 2013
Posted by Unknown
Hi Teman2 Sekarang saya postingan nih bukan di Rumah ^^
tpi postingannya di buat di KFC 
oh ya... walaupun saya di KFC saya tidak lupa kok
Ilmu2 Musik saya.. nah kali ini kita akan membahas tentang 
"Mempunyai Ilmu Musik Dalam Setiap Tempat"
nah... mari kita masuk dalam tab pertama
MUSIK adalah Ilmu yang mungkin tidak akan terlupakan pada Musisi2 Dunia
Termasuk kita...
Nah marilah kita bersama melakukan/menerapkan musik
disegalah
tempat... Itulah Yang disebut musisi HEBAT!!
Tuesday, November 5, 2013
Posted by Unknown

Mozart Effect-Adakah Pengaruhnya?
_____________________________

Mitos mengenai efek Mozart diawali pada tahun 1990-an. Pernyataan aslinya mengatakan, anak2 sejak bayi jika sering mendengar sonata Mozart akan mendapatkan IQ yang lebih baik (diatas rata-rata) .

Uji kebenaran mitos ini banyak dilakukan, baik melalui spatial-temporal tests dan mendengarkan Mozart sonata pada anak2 kecil. Juga pada ibu2 hamil dilakukan tes yang sama. Hasil tes ternyata menemukan, ada konsepsi yang salah bahwa musik Mozart membuat anak menjadi lebih tinggi IQ nya. Bahkan secara lebih global, ternyata mendengarkan musik klasik apapun tidak berpengaruh pada kepintaran ataupun IQ anak2. Yang berpengaruh besar adalah belajar memainkan instrumen/alat musik.
Posted by Unknown

KEMATIAN MOZART- PENGHORMATAN TANPA KELUARGA
______________________________________________
Kematian Wolfgang A. Mozart memang menyedihkan. Hutang dan penyakit akibat hedonismenya membawa malu bagi keluarga, sehingga dia dikubur secara diam-diam dan nisannya tidak ditulisi apapun. 

Tetapi berita kematiannya ternyata sangat membawa kejutan bagi masyarakat saat itu. Banyak orang yang datang ke rumahnya yang ditinggalkan, dan koran lokal saat itu di Wina, Weiner Zeitung menerima banyak sekali obituari/ucapan belasungkawa. The Prague Orchestra menyuguhkan karya2 Mozart dalam peringatan kematiannya di suatu gereja di Praha. 3000 orang hadir dalam gereja itu, dan 2000 orang mendengarkan diluar gereja. Bahkan negara lain mengagumi sang maestro, memperingati kematiannya.

Komponis besar dengan pengaruh besar, tapi ditinggalkan keluarga begitu saja setelah meninggal.

Salam MKI!

Sergei Bortkiewicz

Posted by Unknown

Sergei Bortkiewicz


Mungkin banyak dari saudara yang tidak mengenal sosok Bortkiewicz. Memang, tidak begitu banyak orang yang membicarakan dan memainkan karya-karyanya. Namun hal itu bukan berarti ia seseorang yang abal-abal 





Lahir di Kharkiv (sekarang dikenal sebagai Ukraina) pada tanggal 28 Februari 1877, Bortkiewicz adalah anak dari seorang bangsawan Polandia. Ketika Bortkiewicz beranjak dewasa, seorang komponis ternama bernama Anatoly Lyadov memberikan edukasi musik di Imperial Conservatory of Music di Saint Petersburg.

Ia kemudian meninggalkan Saint Petersburg dan pindah ke Leipzig dan menjadi murid dari Alfred Reisenauer dan Salomon Jadassohn, yang keduanya adalah mantan murid Franz Liszt. Bortkiewicz menyelesaikan edukasi musiknya pada tahun 1902, dan pada saat kelulusan Leipzig Conservatory menghadiahkannya "Schumann Prize". Lalu sekembalinya ia ke Rusia, ia menikah dengan Elisabeth Geraklitowa, dan mereka pun pergi ke Berlin untuk menetap.

Bortkiewicz pernah mengajar selama satu tahun di Klindworth-Scharwenka Conservatory. disana ia pun berteman dengan seorang pianist Belanda bernama Hugo van Dalen, seorang tokoh yang sangat penting di kehidupannya, dari saat itu hingga akhir hidupnya. Van Dalen mempopulerkan Piano Concerto pertama Bortkiewicz pada tahun 1913.

Kehidupan Bortkiewicz setelah itu dipenuhi dengan kesengsaraan dan kesedihan. Akibat Perang Dunia I yang terjadi pada tahun 1914, Bortkiewicz yang berkebangsaan Rusia harus meninggalkan Jerman. Ia pun harus menyaksikan ibunya dan kakak iparnya sekarat karena penyakit typhus yang menyerang akibat kekacauan yang terjadi saat jatuhnya Kharkov ke tangan Red Army. Pada tahun 1919, ia pun lari dengan istrinya ke Constatinople, tanpa uang sepeserpun.

Di Constantinople, Bortkiewicz mulai mengajar dan mengadakan konser lagi dengan bantuan Ilen Ilegey, seorang pianist. Ia pun berteman dengan istri dari ambasador Yugoslavia, Natalie Chaponitsch. Natalie pun membantu Bortkiewicz mengadakan sejumlah musical gathering di dalam kedutaan Yugoslavia, dan dengan bantuannya dan suaminya, Bortkiewicz mendapatkan visa Yugoslavia. Ia dan istrinya pergi ke Sofia, dan lalu pindah ke Austria.

Pada tahun 1928, Bortkiewicz ke Paris selama enam bulan dan kembali ke Berlin setelah itu. 5 tahun setelah itu, ia terpaksa harus meninggalkan Jerman lagi karena para Nazi juga memburunya karena ia orang Rusia. Bortkiewicz pun kembali ke Vienna, dan menetap selamanya di Blechturmgasse 1 door 5 pada tahun 1935. Ia mengalami krisis finansial dan ia terpaksa harus meminta bantuan kepada Van Dalen, dimana Van Dalen selalu memberikannya secara gratis.

Masa-masanya di Perang Dunia II (1939-1945) juga merupakan masa-masa yang sangat berat bagi Bortkiewicz dan istrinya. Dalam masa itu ia banyak menggubah karya-karyanya seperti Piano Sonata No. 2 Op. 60, yang dimana Hugo Van Dalen juga mempopulerkan karya tersebut pada 9 Februari 1944 di Amsterdam.
Bortkiewicz mendeskripsikan bagaimana ia hidup saat masa tersebut dalam sebuah surat kepada temannya, Hans Ankwicz-Kleehoven, yang berisi sebagai berikut:
"I'm writing to you from my bathroom where we crawled in because it is small and can be warmed on and off with a gas light. The other rooms cannot be used and I cannot touch my piano. This is now! What awaits us further? Life is becoming more and more unpleasant, merciless. I teach at the Conservatory with the heat at 4 degrees, soon even less!"

Perang Dunia II juga menghancurkan hidupnya, dimana banyak dari cetakan karya-karyanya - yang diterbitkan oleh penerbit Jerman, Rahter&Litolff - hancur akibat pemboman kota-kota di Jerman. Ia kehilangan pendapatan yang ia dapat dari penjualan karya-karyanya.

Pada akhir Perang Dunia II, Bortkiewicz ditunjuk menjadi direktur master class di Vienna City Conservatory. Ia pun menggubah 6 Prelude Op. 66 yang ia dedikasikan kepada pianist Belanda, Helene Mulholland - seorang yang membantu Bortkiewicz saat perang dengan mengirimkan makanan dan pakaian saat Bortkiewicz memerlukannya. Sampai sekarang, baru ditemukan no. 1 dan 3 dari Prelude yang ia gubah itu.

Pada tahun 1947, Bortkiewicz Society berdiri atas anjuran Hans Ankwicz-Kleehoven. Setiap hari senin pertama pada bulan November sampai Mei, teman-teman dan anggota dari Society berkumpul di Kunstlerhaus untuk mendengarkan karya-karya Bortkiewicz, dimana semua karya tersebut dimainkan langsung oleh Bortkiewicz sendiri. Pada 29 Februari 1952, Bortkiewicz Society dan Ravag Orchestra merayakan ulang tahun Bortkiewicz yang ke-75 dengan mengadakan sebuah konser megah, yang merupakan konser terakhir yang Bortkiewicz pernah ikuti.
Bortkiewicz sangat senang dan akhirnya menulis surat kepada Van Dalen pada 18 Maret 1952:
"Finally I had the opportunity to show, in a large hall with a large orchestra and soloists, what I can do. Not only the critics, but others who know me, were surprised and amazed. [...] I can always feel happy to have found so much recognition at the age of 75 years, which really comes in most cases after death to someone who really earned it."

Bortkiewicz menderita penyakit lambung, dan ia pun menjalani operasi pada Oktober 1952. Namun ia tidak pernah bangun kembali dan meninggal pada tanggal 25 Oktober 1952. Istrinya meninggal delapan tahun setelah itu, tanpa seorang anak. Bortkiewicz dan istrinya dikubur di Zentralfriedhof, Vienna.

Bortkiewicz tidak pernah menganggap dirinya seorang modernist dan tidak pernah mengikuti tren musik mulai berpindah menjadi lebih modern. Hal ini sangat bisa dibuktikan dari karya-karyanya. Gayanya menggubah lagu sangatlah terinspirasikan oleh Liszt, Chopin, Tchaikovsky, Rachmaninoff, Scriabin, Wagner dan tradisi Rusia. Karya-karyanya sangat indah, penuh lirik dan nostalgia.

Jika tanpa Hugo van Dalen dan teman-teman terdekatnya, kita tidak akan pernah bisa menikmati karya Bortkiewicz dan mengetahui bagaimana kisah hidupnya. Saat Van Dalen meninggal dunia, ia mewariskan manuskrip dari beberapa karya Bortkiewicz dan autobiografi tertulisnya. Saat ini Netherlands Music Institute memiliki satu-satunya manuskrip dari Piano Sonata No. 2 Op. 60 dan No. 1 dan 3 dari Preludes Op. 66 gubahannya.

UJI COBA ISENG BEETHOVEN
________________________

Tahun 1782, saat berusia 12 tahun, Beethoven sudah mempublikasikan karyanya, 9 Variations in C Minor for piano, Earnst Christoph Dressler (WoO 63). Nama Beethoven mulai dikenal orang.

Tahun 1785 dia pernah diminta mengiringi lagu paduan suara di Gereja. lagu "The Lamentations of Iremiah" sesuai nada dasar dalam partitur. Saat itu adalah Minggu Agung 1785. Dia kemudian meminta perubahan nada dasar, dan anggota paduan suara setuju. Dasar anak muda dengan virtuoso yang hebat, Beethoven mengiringi paduan suara itu dengan bass line pada tangan kiri, sementara tangan kanannya bermain dengan improvisasi yang rumit dan virtuoso. Paduan suara menjadi kacau dan kehilangan keynote dibagian akhir. Mereka marah, dan protes kepada sang Elector untuk tidak memakai dia lagi. Sebaliknya orang2 tertegun dengan kehebatan Beethoven. 

Walau sejak itu dia tidak diperbolehkan memainkan musik di gereja, tetapi satu pesan moral dari kisah ini: Musisi apapun harus menemukan jati dirinya, jangan takut mencoba, heheheeeee.

Salam MKI!

Musik dalam karya Sastra : The Hidden Force by Louis Couperus (1900)

Menurut Rudolf Mrazek dalam bukunya "Engineers of Happy Land: Technology and Nationalism in a Colony" (2002), pada pergantian abad ke 20 ada dua buku bestseller. Pertama :" In the Empire of Vulcan : The Explosion of Krakatoa and its Consequences" oleh R.A.van Sandick (1890), buku ini bahkan bestseller di Belanda juga. Kedua: "Fatima" sebuah kisah detektif homicide dengan seting pasar senin Batavia, terbit tahun 1908 karya F. Wiggers : novel detektif original sejaman dengan Sherlock Holmes yang juga di kenal di Hindia Belanda pada waktu itu. Kedua buku ini seperti meteor, sukses dan kemudian menghilang. Pada jaman yang sama dua buku lain menjadi sastra klasik, pertama "The Hidden Force" karya Louis Couperus (1900) dan "Habis Gelap Terbitlah Terang" karya Karitini (1911). Ada alasan-alasan sastra untuk menjelaskan mengapa sebuah buku menjadi klasik dan lainnya tidak, dan ini tidak kita bahas disini. Kita telah menggali dari buku Kartini dalam tulisan sebelumnya, sekarang aspek musikal apa yang bisa dibahas dalam novel Couperus?

Van Oudjick adalah residen (gubernur) Labuwangi (nama samaran Pasuruan) memiliki istri cantik yang penuh affair (dengan anak tirinya yang masih belia, Theo van Oudjick, dengan pangeran bungsu keluarga di Patjaram yg sangat tampan berdarah campuran Adrien de Luce dan mungkin dengan siapa saja dimana dia suka ketika ke Surabaya atau Batavia untuk waktu yang lama). Labuwangi yang sibuk dan rasa tanggung jawab khas "Dutch Uncle" membuat van Oudjick buta dengan affair ini meskipun semua orang membicarakan hal itu dalam kasak kusuknya. Tanggung jawab istri residen yang biasanya mengambil peran first lady,diambil oleh istri controler kota (bawahan van Oudjick ) Eva Elsderma yang dididik di Belanda berjuang melawan kebosanan hidup tanpa musik atau seni yang menjadi lingkungan dan asupannya menjadi dewasa. Dalam karakter Eva inilah Couperus membebankan semua dokumentasi kejiwaan orang Belanda yang datang ke koloni dan tidak bisa beradaptasi. Sementara van Oudjick dan lain lain "menjadi jawa", Eva akhirnya pulang ke Belanda dengan banyak cerita misteri, hantu dan kisah tropis lainnya. Dalam perjalanan pulang itulah dia baru sadar betapa indahnya negeri yang akan ditinggalkan untuk selamanya ini. Misteri inilah yang menjadi sentral tema novel ini, misteri tropis yang sama yang menghantui setiap anak Belanda yang lahir atau sempat melewati masa kanak-kanak di Hindia Belanda. (Di benua dan koloni lain, Gabriel Garcia Marquez juga mengalami masa kanak-kanak yang mirip, penuh misteri dan kisah hantu yang diceritakan neneknya). 

Di dalam Eva kita juga mendapat galian musikal yang mungkin menjadi cermin musikal Couperus dan situasi jamannya. Dalam galian musikal di novel Joseph Conrad "Almayer's Folly" sebelumnya kita mendengar melodi Verdi "Il Trovatore" (1853) dari hand organ yang diengkol Babalatchi di "istana" penguasa lokal Sambir (Berau) tahun 1895 an. Di situ kita menemukan salah satu bukti kepopuleran Verdi khususnya opera "Il Trovatore". Di novel Couperus ini kita juga menemukan bukti yang sama. Eva yang jago bermain piano berkata kepada Van Helderen yang lumayan dengan cellonya, 

" ... Tidak seorangpun di Hindia Belanda bisa mengikuti perkembangan jaman. Opera Italia di Surabaya selalu memainkan Il Trovatore. Bahkan di Batavia yang kelas atas sekalipun memainkan Il Trovatore.Dan kamu sendiri van Helderen, jangan tersinggung, aku lihat sangat ekstasi ketika menonton Il Trovatore yang dimainkan Opera Italia dari Surabaya yang manggung beberapa waktu yang lalu.

Van Helderen menjawab "Suara dan lagu-lagunya sangat indah di dalamnya".

"Iya, benar, tapi dua puluh tahun yang lalu, kamu sendiri yang bilang orang-orang di Hindia Belanda tergila gila dengan Il Trovatore. Sungguh menyedihkan, kadang membuatku tertekan. Aku merasa berhenti dan tidak bisa menyesuaikan diri di sini, aku merindukan Eropa untuk hidup yang sesungguhnya".

Novel ini ditulis tahun 1899 ketika Couperus tinggal di Pasuruan selama setahun, Kartini dalam suratnya pun mengetahui datangnya penulis favoritnya ini ke Jawa. Couperus memiliki akses kedalam arsip dokumen pemerintah pada waktu itu karena koneksi dan familinya. Kisah misteri van Oudjick ini merupakan kisah nyata yang dilaporkan dan dialami dengan saksi mata orang Belanda sendiri yang tidak percaya tahayul, yang menimpa keluarga residen Van Kessinger di Sumedang tahun 1831. Dengan tahun ini dibenak kita,Il Trovatore sudah bergema di mana-mana selama hampir 50 tahun dan belum banyak yang bosan dengannya. Sementara opera Wagner yang sejaman dan bernafasnya hal-hal baru, yang disukai Eva Eldersma belum sampai di Jawa. Bahkan van Helderen yang lahir di Jawa dan tidak pernah keluar negeri pun mulai ikut jatuh cinta dengan Eva (istri orang) dan impiannya.

"Aku sangat tidak bahagia, sepertinya aku kehilangan segalanya dalam hidup ini. Aku tidak pernah pergi keluar Jawa dan sesuatu yang besar rasanya kurang dalam diriku, karena aku tidak pernah melihat es dan salju... Kapan kita pergi ke Eropa? Kapan kita bosan dengan Il Trovatore dan bisa pergi ke Bayreuth. Kapan Eva ...?"

Tahun 1900 di Jawa, musik barat hanya dinikmati orang barat dan sedikit orang pribumi yang berselera barat. Musik menurut Danys Lombard dalam bukunya "Nusa Jawa : Silang Budaya" (1990) merupakan satu-satunya kultur yang hampir imun (sampai saat itu) terhadap pengaruh barat. Dibandingkan dengan Philiphina, China dan Jepang, di Jawa musik gamelan dan keroncong masih mendominasi. Namun dalam kelompok orang barat yang sangat kecil itu masih terdapat sekelompok kecil lagi yang mengikuti perkembangan musik baru Wagner. Novel ini memberi lubang kecil kedalam masa silam sejarah musik Hindia Belanda. Lima puluh tahun kemudian konon Sukarno sangat suka musik Wagner, delapan puluh tahun kemudian tahun 1980 an musik pengiring pengantin untuk penduduk non pribumi adalah Bridal Marchnya Wagner. Kita hampir tidak penah mendengar karya Mendelssohn, Bach atau Pachelbel untuk pesta kawinan. Cukup satu march dari Wagner dan sisanya diisi lagu mandarin, barat atau Indonesia populer yang direquest para undangan. 

Apakah karakter Eva benar benar ada di Jawa dan ditemui Couperus atau Eva-Eva itu hanya ada di ciptaannya saja? Perlu baca buku lebih banyak lagi, khususnya buku-buku jaman itu.

Sebelum akhirnya piano Eva out of tune dan diserbu serangga, Couperus membuat dua adegan Eva memainkan Feuerzauber dari The Valkyrie (1870) dan Parsifal (1882) dengan pianonya, di Pasuruan tahun 1899. Eva ibarat piano itu sendiri akhirnya akan out of tune atau lebih parah lagi rusak tak bisa diperbaiki lagi jika tidak angkat kaki dari Jawa.

Foto Koleksi KITLV image code 151614 diambil disalah satu rumah orang Belanda di Jawa Barat tahun 1910 an. Foto ini memberikan visualisasi rumah Eva Elsderma di Pasuruan yang diisi dan diatur dengan penuh citarasa seni.


Salam MKI !
Welcome to My Blog
WELCOME TO MY BLOG ~ 私のブログへようこそ ~ 欢迎到我的博客 ~ Benvenuto nel mio blog ~ مرحبا بكم في مدونتي ~ Καλώς ήρθατε στο blog μου

Lihat Dulu Jam Berapa!!

Popular Post

Blogger templates

1.Meminta Izin Ketika Mencopas Texs atau Lainnya lewat Komentar
2.Tidak Boleh Melontarkan kata-kata yang tidak Berunsur Positif
3.Tidak Boleh Menghina Agama,Suku,Negara,atau lainnya kepada orang lain
4.Tidak Boleh Berkomentar kata-kata yang berunsur Porno Grafi.


=Sekian Terima Kasih=

Salam Musik



By : Enrico.Turalaki
Selamat Datang Diblog "Bagaimana Cara Bermain Piano" oleh Enrico Turalaki. Jika Mau Pasang Lagu Klik Saja Navbar yang diatas

DIBACA!!

Gadget disamping adalah gadget
yang penting,Gadget yang bermanfaat
bagi ilmu piano, mohon/Tolong
Dibaca karena itu sangat bermotifasi
dan sangat menambahkan ilmu untuk
kalian

Pageviews My Blog

Powered by Blogger.

Language translators

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Search This Blog

- Copyright © Bagaimana Cara Bermain Piano -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -