Archive for 11/04/13


Musik dalam karya Sastra : The Hidden Force by Louis Couperus (1900)

Menurut Rudolf Mrazek dalam bukunya "Engineers of Happy Land: Technology and Nationalism in a Colony" (2002), pada pergantian abad ke 20 ada dua buku bestseller. Pertama :" In the Empire of Vulcan : The Explosion of Krakatoa and its Consequences" oleh R.A.van Sandick (1890), buku ini bahkan bestseller di Belanda juga. Kedua: "Fatima" sebuah kisah detektif homicide dengan seting pasar senin Batavia, terbit tahun 1908 karya F. Wiggers : novel detektif original sejaman dengan Sherlock Holmes yang juga di kenal di Hindia Belanda pada waktu itu. Kedua buku ini seperti meteor, sukses dan kemudian menghilang. Pada jaman yang sama dua buku lain menjadi sastra klasik, pertama "The Hidden Force" karya Louis Couperus (1900) dan "Habis Gelap Terbitlah Terang" karya Karitini (1911). Ada alasan-alasan sastra untuk menjelaskan mengapa sebuah buku menjadi klasik dan lainnya tidak, dan ini tidak kita bahas disini. Kita telah menggali dari buku Kartini dalam tulisan sebelumnya, sekarang aspek musikal apa yang bisa dibahas dalam novel Couperus?

Van Oudjick adalah residen (gubernur) Labuwangi (nama samaran Pasuruan) memiliki istri cantik yang penuh affair (dengan anak tirinya yang masih belia, Theo van Oudjick, dengan pangeran bungsu keluarga di Patjaram yg sangat tampan berdarah campuran Adrien de Luce dan mungkin dengan siapa saja dimana dia suka ketika ke Surabaya atau Batavia untuk waktu yang lama). Labuwangi yang sibuk dan rasa tanggung jawab khas "Dutch Uncle" membuat van Oudjick buta dengan affair ini meskipun semua orang membicarakan hal itu dalam kasak kusuknya. Tanggung jawab istri residen yang biasanya mengambil peran first lady,diambil oleh istri controler kota (bawahan van Oudjick ) Eva Elsderma yang dididik di Belanda berjuang melawan kebosanan hidup tanpa musik atau seni yang menjadi lingkungan dan asupannya menjadi dewasa. Dalam karakter Eva inilah Couperus membebankan semua dokumentasi kejiwaan orang Belanda yang datang ke koloni dan tidak bisa beradaptasi. Sementara van Oudjick dan lain lain "menjadi jawa", Eva akhirnya pulang ke Belanda dengan banyak cerita misteri, hantu dan kisah tropis lainnya. Dalam perjalanan pulang itulah dia baru sadar betapa indahnya negeri yang akan ditinggalkan untuk selamanya ini. Misteri inilah yang menjadi sentral tema novel ini, misteri tropis yang sama yang menghantui setiap anak Belanda yang lahir atau sempat melewati masa kanak-kanak di Hindia Belanda. (Di benua dan koloni lain, Gabriel Garcia Marquez juga mengalami masa kanak-kanak yang mirip, penuh misteri dan kisah hantu yang diceritakan neneknya). 

Di dalam Eva kita juga mendapat galian musikal yang mungkin menjadi cermin musikal Couperus dan situasi jamannya. Dalam galian musikal di novel Joseph Conrad "Almayer's Folly" sebelumnya kita mendengar melodi Verdi "Il Trovatore" (1853) dari hand organ yang diengkol Babalatchi di "istana" penguasa lokal Sambir (Berau) tahun 1895 an. Di situ kita menemukan salah satu bukti kepopuleran Verdi khususnya opera "Il Trovatore". Di novel Couperus ini kita juga menemukan bukti yang sama. Eva yang jago bermain piano berkata kepada Van Helderen yang lumayan dengan cellonya, 

" ... Tidak seorangpun di Hindia Belanda bisa mengikuti perkembangan jaman. Opera Italia di Surabaya selalu memainkan Il Trovatore. Bahkan di Batavia yang kelas atas sekalipun memainkan Il Trovatore.Dan kamu sendiri van Helderen, jangan tersinggung, aku lihat sangat ekstasi ketika menonton Il Trovatore yang dimainkan Opera Italia dari Surabaya yang manggung beberapa waktu yang lalu.

Van Helderen menjawab "Suara dan lagu-lagunya sangat indah di dalamnya".

"Iya, benar, tapi dua puluh tahun yang lalu, kamu sendiri yang bilang orang-orang di Hindia Belanda tergila gila dengan Il Trovatore. Sungguh menyedihkan, kadang membuatku tertekan. Aku merasa berhenti dan tidak bisa menyesuaikan diri di sini, aku merindukan Eropa untuk hidup yang sesungguhnya".

Novel ini ditulis tahun 1899 ketika Couperus tinggal di Pasuruan selama setahun, Kartini dalam suratnya pun mengetahui datangnya penulis favoritnya ini ke Jawa. Couperus memiliki akses kedalam arsip dokumen pemerintah pada waktu itu karena koneksi dan familinya. Kisah misteri van Oudjick ini merupakan kisah nyata yang dilaporkan dan dialami dengan saksi mata orang Belanda sendiri yang tidak percaya tahayul, yang menimpa keluarga residen Van Kessinger di Sumedang tahun 1831. Dengan tahun ini dibenak kita,Il Trovatore sudah bergema di mana-mana selama hampir 50 tahun dan belum banyak yang bosan dengannya. Sementara opera Wagner yang sejaman dan bernafasnya hal-hal baru, yang disukai Eva Eldersma belum sampai di Jawa. Bahkan van Helderen yang lahir di Jawa dan tidak pernah keluar negeri pun mulai ikut jatuh cinta dengan Eva (istri orang) dan impiannya.

"Aku sangat tidak bahagia, sepertinya aku kehilangan segalanya dalam hidup ini. Aku tidak pernah pergi keluar Jawa dan sesuatu yang besar rasanya kurang dalam diriku, karena aku tidak pernah melihat es dan salju... Kapan kita pergi ke Eropa? Kapan kita bosan dengan Il Trovatore dan bisa pergi ke Bayreuth. Kapan Eva ...?"

Tahun 1900 di Jawa, musik barat hanya dinikmati orang barat dan sedikit orang pribumi yang berselera barat. Musik menurut Danys Lombard dalam bukunya "Nusa Jawa : Silang Budaya" (1990) merupakan satu-satunya kultur yang hampir imun (sampai saat itu) terhadap pengaruh barat. Dibandingkan dengan Philiphina, China dan Jepang, di Jawa musik gamelan dan keroncong masih mendominasi. Namun dalam kelompok orang barat yang sangat kecil itu masih terdapat sekelompok kecil lagi yang mengikuti perkembangan musik baru Wagner. Novel ini memberi lubang kecil kedalam masa silam sejarah musik Hindia Belanda. Lima puluh tahun kemudian konon Sukarno sangat suka musik Wagner, delapan puluh tahun kemudian tahun 1980 an musik pengiring pengantin untuk penduduk non pribumi adalah Bridal Marchnya Wagner. Kita hampir tidak penah mendengar karya Mendelssohn, Bach atau Pachelbel untuk pesta kawinan. Cukup satu march dari Wagner dan sisanya diisi lagu mandarin, barat atau Indonesia populer yang direquest para undangan. 

Apakah karakter Eva benar benar ada di Jawa dan ditemui Couperus atau Eva-Eva itu hanya ada di ciptaannya saja? Perlu baca buku lebih banyak lagi, khususnya buku-buku jaman itu.

Sebelum akhirnya piano Eva out of tune dan diserbu serangga, Couperus membuat dua adegan Eva memainkan Feuerzauber dari The Valkyrie (1870) dan Parsifal (1882) dengan pianonya, di Pasuruan tahun 1899. Eva ibarat piano itu sendiri akhirnya akan out of tune atau lebih parah lagi rusak tak bisa diperbaiki lagi jika tidak angkat kaki dari Jawa.

Foto Koleksi KITLV image code 151614 diambil disalah satu rumah orang Belanda di Jawa Barat tahun 1910 an. Foto ini memberikan visualisasi rumah Eva Elsderma di Pasuruan yang diisi dan diatur dengan penuh citarasa seni.


Salam MKI !
Welcome to My Blog
WELCOME TO MY BLOG ~ 私のブログへようこそ ~ 欢迎到我的博客 ~ Benvenuto nel mio blog ~ مرحبا بكم في مدونتي ~ Καλώς ήρθατε στο blog μου

Lihat Dulu Jam Berapa!!

Popular Post

Blogger templates

1.Meminta Izin Ketika Mencopas Texs atau Lainnya lewat Komentar
2.Tidak Boleh Melontarkan kata-kata yang tidak Berunsur Positif
3.Tidak Boleh Menghina Agama,Suku,Negara,atau lainnya kepada orang lain
4.Tidak Boleh Berkomentar kata-kata yang berunsur Porno Grafi.


=Sekian Terima Kasih=

Salam Musik



By : Enrico.Turalaki
Selamat Datang Diblog "Bagaimana Cara Bermain Piano" oleh Enrico Turalaki. Jika Mau Pasang Lagu Klik Saja Navbar yang diatas

DIBACA!!

Gadget disamping adalah gadget
yang penting,Gadget yang bermanfaat
bagi ilmu piano, mohon/Tolong
Dibaca karena itu sangat bermotifasi
dan sangat menambahkan ilmu untuk
kalian

Pageviews My Blog

Powered by Blogger.

Language translators

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Search This Blog

- Copyright © Bagaimana Cara Bermain Piano -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -